Buta Mata Hati, Renungan di kaki bukit Kendeng

Esai : 15

Esai Dakwah, Jum’at 29 Desember 2017

Author : Marzuki Ibn Tarmudzi

اجتهادك فيما ضمن لك، وتقصيرك فيما طلب منك، دليل على انطماس البصيرة منك
“Kesungguhanmu pada apa-apa yang telah Dia Ta’ala jamin bagimu, dan kelalaianmu pada apa-apa yang Dia Ta’ala tuntut darimu, merupakan bukti atas lenyapnya bashiroh[1] darimu!” (Al-Hikam Pasal 5)



Ngopi dan Ngaji : Berguru kepada Sang Nabi
Paklik Sumantri menambahkan bahwa  kemarin sore Pakde Waringin, yang datang kerumahnya itu mengeluhkan tentang Intimashil Bashiroh, yang marak di tengah-tengah riuh-rendahnya masyarakat.

Intimashil Bashiroh adalah mereka yang bangun pagi di perantauan untuk banting tulang mencari uang di suatu Perusahaan, yang rela lembur hingga tengah malam demi menafkasi keluarga dan menyekolahkan anaknya di PTN. Ia bersungguh-sungguh mengumpulkan rupiah demi rupiah. Ia kirim uang itu ke keluarganya dan sebagian ia tabung di bank demi masa depan keluarganya. Namun ia sembrono dalam menjalankan ibadah kepada Allah Swt. bahkan tak malu melanggar kewajiban dari Allah Ta’ala yang telah  memberinya jasmani, rohani. Tentu saja mereka-mereka yang proporsional dalam hidupnya adalah orang-orang sholeh.

Intimashil Bashiroh adalah mereka-mereka yang berdagang di pasar, yang melayani pembeli dengan senyum, sapa, santun. Yang harus memutar otak demi menjaga keuangan keluarga, yang bersabar jika pembeli rewel, yang memainkan retorika jika debtcolector mendatanginya, yang tidak sungkan-sungkan memainkan timbangan demi meraih untung yang lebih, yang harus teliti dengan barang dagangannya, yang harus sabar jika tidak mendapat pembeli, yang harus sabar menghadapi pengamen-pengamen pasar. Namun mereka lalai dalam menjalankan perintah Allah Swt. Tentu saja mereka-mereka yang proporsional dalam hidupnya adalah orang-orang sholeh.

Baca Esai Lain:
Esai 001 : Muslim Jaman Now, Bukan Meniru Setya Novanto
 Esai 002 : Hidung Pesek Dan Balancing
Esai 003 : Belajar Jurus Untuk Menjaga Diri Bukan Membela Diri


Intimashil Bashiroh  adalah mereka yang usaha keras  menjadi kepala desa. Ia jual sawahnya demi meraup suara. Yang rela blusukan ke gang-gang melihat kondisi penduduk. Ketika melihat pengangguran tiduran di gardu ia janjikan : Nanti kau garap sawah saya yang disana itu, tapi sukseskan saya. Ketika melihat penduduk yang kekurangan air ia tawarkan : Nanti saya belikan pompa air terbaru, tapi jangan lupa ya. Ketika melihat penduduk yang pembangunan rumahnya masih mangkrak ia tawarkan : Nanti ambil saja semen di rumah saya, tapi jadikan saya lurah ya. Ya, seperti memperjuangkan masyarakat, sekilas layaknya kholifah Umar bin Khotob yang fantastic dalam memperjuangkan grass root. Tapi, ia tak segan-segan ketika tidak terpilih menjadi lurah : Mereka berani membentak anak-anak yatim. Bahkan berani memakan harta anak yatim. Sementara ia tahu, itu adalah hal yang durjana. Tentu saja mereka-mereka yang proporsional dalam hidupnya adalah orang- orang sholeh.

Intimashil Bashiroh adalam mereka-mereka yang bergerilya mencari aliran air demi kecukupan air di sawahnya supaya bisa bertanam. Ketika bibit-bibit padinya sudah menancap, ia tetap menatap jeli dari keong-keong yang siap memangkas tanamannya. Ketika tanaman padi sudah mulai kekuningan, petani  seharian bisa tidak pulang demi menjaga tanaman padinya di sawah dari serbuan burung emprit. Ia jaga tanaman itu supaya meraih panen yang melimpah. Sehabis makam malam pun, ia ikhlas berangkat lagi ke sawah menjaga kedaulatan sawahnya dari invasi tikus. Ia kitari sawahnya dengan siaga sembari membawa pentungan laiknya tentara yang berjaga di pulau darurat militer. Mereka-mereka memang pekerja keras namun lalai dari apa yang Allah Ta’ala perintahkan kepadanya. Tentu saja mereka-mereka yang proporsional dalam hidupnya adalah orang- orang sholeh.

Intimashil Bashiroh adalah mereka-mereka yang pengais berita yang melaksanakan tanggungjawabnya untuk demokrasi bangsa ini. Mereka ada yang ikhtiar keras bertugas di pelosok-pelosok daerah. Mengabarkan tentang fenomena masyarakat di tiap-tiap koridor daerah terpencil yang sulit dijangakau orang pusat. Bahkan, berani bertaruh nyawa mengontrol sosial seperti mengawasi pejabat tamak, mengawal kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat, menyampaikan ide-ide besar demi tumbuh kembangnya negeri dari master-master politik, dosen dll. Namun ikhtiar besar tidak tidak dibarengin fokus terhadap tuntutan Allah. Tentu saja mereka-mereka yang proporsional dalam hidupnya adalah orang- orang sholeh.

Intimashil Bashiroh adalah mereka-mereka yang bekerja keras syuting film untuk kejar tayang. Mereka dipaksa harus tersenyum di depan kamera padahal jasmani  sedang payah setelah beberapa hari belum istirahat cukup. Mereka yang memaksa dirinya tersedu-sedu di depan kamera demi keinginan tercipatanya senyum keluarga. Mereka yang tak tanggung-tanggung harus total beradegan suatu cultural gesture yang paradoks dengan pribadinya, yang tentu harus terjun dalam budaya itu. Mereka yang harus menampakkan santun di depan fans demi terciptanya kelancaran sebagai public figure. Mereka yang harus bersabar ketika di bully oleh haters. Ya mereka memang pekerja keras tapi lalai terhadap perintah Allah. Tentu saja mereka-mereka yang proporsional dalam hidupnya adalah orang-orang sholeh.

Baca Esai Lain :
Esai 004 : Indonesia dan Khilafah
Esai 005 : Fundamentalisme Badar
Esai 006 : Havana, ! Fuck you trump

Daripada harus menuliskan sampai tahun depan tentang penambahan Paklik Sumantri itu, mendingan mencatat kesimpulan dari Paklik Sumantri : Intimashil Bashiroh atawa buta mata hatinya adalah kesungguhan mencari duniawi yang dibarengi dengan kesembronooan dalam menjalankan perintah Allah Ta’ala. Padahal mafhum bagi semua orang: rejeki, jodoh, mati itu kuasa Allah Ta’ala.

Manusia boleh saja menolak perintah dari orang yang tak di kenalnya, semisal di terminal ada orang yang menyuruh mengangkatkan barang, boleh menolaknya dengan banyak alasan. Tapi perintah dari orang dikenal, Allah Pencipta alam semesta, kok berani ngeyel, nolak itu kan jelas telah buta mata hatinya.

Kerja keras itu perintah, tapi sholat dan perintah lain itu juga tuntutan: “ Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.  Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.  Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki.[2]

(Ya Allah, hamba berusaha menyampaikan ayat-ayat Mu, dengarkanlah do`a hamba)


Incoming Search:
# Menjadi Muslim Sholeh # Muslim Proporsional # Dunia dan Akhirat # Vertikal Horisontal


[1] Bashiroh adalah istilah teknis agama untuk “mata hati” yang memiliki fungsi spesifik.
[2] QS. Al-Jum’ah [62]: 9-11

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّـهِ وَذَرُوا۟ الْبَيْعَ ۚ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿الجمعة:٩
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَوٰةُ فَانتَشِرُوا۟ فِى الْأَرْضِ وَابْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ اللَّـهِ وَاذْكُرُوا۟ اللَّـهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿الجمعة:١۰
وَإِذَا رَأَوْا۟ تِجٰرَةً أَوْ لَهْوًا انفَضُّوٓا۟ إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَآئِمًا ۚ قُلْ مَا عِندَ اللَّـهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّـهْوِ وَمِنَ التِّجٰرَةِ ۚ وَاللَّـهُ خَيْرُ الرّٰزِقِينَ ﴿الجمعة:١١
9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
10. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
11. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki.

[1] Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.


Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.