HAVANA, OH NA..NA..AH SIT! FUCK YOU TRUMP

Esai - 6
Jum’at, 8 Desember 2017

Oleh : Marzuki ibn Tarmudzi


Ngopi dan Ngaji : Berguru kepada Sang Nabi

Hey..Havana, ooh na-na (ay) Half of my heart is in Havana, ooh-na-na (ay, ay) He took me back to East Atlanta, na-na-na All of my heart is in Havana (ay) There's somethin' 'bout his manners (uh huh) Havana, ooh na-na (uh)

Semenjak habis Maghrib tadi Mas Kelik tenggelam dalam lagu Havana. Lagu itu ia putar berulang-ulang. Namun, Bude Warsini pemilik warung itu hanya mendiamkan saja. Entahlah, ia begitu khusuk sekali menikmati lagu itu. Sesekali Mas Kelik memutar Havana yang versi Via Vallen. Ia serasa sudah tidak membutuhkan kenikmatan surga yang dijanjikan itu. Suara adzan Isya’ yang menggema dari Masjid tadi, yang hanya berjarak 300 meter itu tidak mampu membuatnya bergeming. Bahkan kedatangan dan teriakan Mas O’o, yang duduk di sebelahnya itu sama sekali tidak digubrisnya.

“Kalau kau berani duel sama aku, kesinio kau Donald Trump, duel satu lawan satu. Bajingan tengik kau!”

Mas O’o kelihatan tampak marah ketika berteriak itu. Padahal, baru saja ia duduk di warung Bude Warsini itu dan membuka gadgednya. Entah, angin apa yang membikinnya begitu. Padahal baru saja ia usai jama’ah Isya’ di Masjid. Suara itu terdengar keras dan memecah merdunya suara Camila Cabello – Havana Ft. Young Thug, sound di warung itu.

Mendengar teriakan Mas O’o itu, Ustadz Toha, Pakde Waringin, Paklik Sumantri, Kang Riyadi, dan Mas Bejo, yang kebetulan lewat di depan warung seusai sholat jama’ah Isya’ dari Masjid itupun langsung mampir warung sambil ngopi.

“Heh! Kamu itu lho kaya’ wong edan. Teriak-teriak sendiri. Kesurupan! Makanya, kalau selesai sholat itu wiridan dulu. Jangan lamcing. Salam plencing”, Kata Pakde Waringin kepada Mas O’o.

He didn't walk up with that "how you doin'?" (uh) (When he came in the room) He said there's a lot of girls I can do with (uh) (But I can't without you) I'm doin' forever in a minute (hey) (That summer night in June) And papa says he got malo in him (uh)
He got me feelin' like

Lagu Havana itu masih terdengar merdu sekali menyambut kedatangan mereka. Bagi, Ustadz Toha, Pakde Waringin, Paklik Sumantri, Kang Riyadi, dan Mas Bejo lagu seperti tidak berefek sama sekali. Mungkin, hanya terdengar berisik begitu saja. Kata Kang Riyadi kepada yang lain: Mas Kelik sedang menikmati indahnya long distance relationship, lagu itu membawanya terbang bernostalgia dengan kekasihnya itu, Yayuk. Yang sedang bekerja di Kuba. Mendem kangen.

“Ini lho Pakde, baca berita di detik.com, Donald Trump kok berani-beraninya, pidato resmi mengakui kalau Yerusalem itu ibu kota Israel. Ini kan juga jelas melanggar resolusi-resolusi PBB terkait konflik Israel-Palestina to, Pakde”

Mas O’o menjelaskan kepada Pakde Waringin, sembari menunjukkan gadgednya, tentang alasannya berteriak marah. Bagi Mas O’o, Donald Trump tidak pantas berkata seperti itu. Sebab, Yerusalem merupakan tempat suci bagi para penganut Islam, Yahudi dan Kristen. Wilayah timur itu direbut oleh Zionist dalam perang 1967 dan dinyatakan oleh Palestina sebagai ibu kota negara independen mereka kelak. Dan, baiknya pengakuan atas tanah sengketa itu harus melalui perundingan kedua negara. Bukan keputusan sepihak.

“Haalah, kamu itu Mas, gitu aja kok teriak-teriak. Lebih baik berdo’a di Masjid sana. Meminta kepada Sang Pencipta kehidupan, supaya zionist dan antek-anteknya itu tak berdaya”, Kata Pakde Waringin.

“Iyya betul Pakde, kita ini memang orang yang lemah, kita hanya bisa berdo’a. Tapi do’a dari umat yang terdzalimi pasti dikabulkan oleh Allah Ta’ala”, Ustadz Toha menambahi.

“Tenang aja Mas O’o, keputusan Trump itu tidak mengubah status hukum tanah Yerusalem yang disengketakan itu”, Kang Riyadi juga ikut menghibur.
Mas O’o tampak lebih tenang mendengarkan ucapan Pakde Waringin, Ustadz Toha dan Kang Riyadi itu. Mas Bejo hanya diam mendengarkan. Sadar jika pengetahuannya belum bisa mengimbangi mereka. Sedangkan Paklik Sumantri masih sibuk memesan kopi. Dan Mas Kelik, masih juga tenggelam dalam alunan lagu Havana itu.

 Ooh-ooh-ooh, I knew it when I met him I loved him when I left him Got me feelin' like
Ooh-ooh-ooh, and then I had to tell him I had to go, oh na-na-na-na-na

“iyya, pengakuan Trump itu kan memang janji waktu kampanye itu. Dan pengakuan yang katanya resmi itu, nantinya dijadikan alasan membantu secara besar-besaran pembangunan fisik di Yerusalem”, ucap Pakde Waringin sembari melihat Kang Riyadi.

“Dasar!! Trump memang boneka zionist”, gerutu Mas O’o.

“Tenang Mas, ketika bangsa Israel itu menampakkan kesombongan dan kedzalimannya, maka Allah akan mengutus satu kelompok kuat yang akan menghancurkan dan memporak-porandakan mereka. Betapa sejarah telah membuktikan bahwa perjalanan bangsa Yahudi selalu jatuh bangun akibat kesombongan mereka sendiri”

Paklik Sumantri tiba-tiba ikut andil menenangkan Mas O’o. Sedari tadi sebenarnya ia sudah tertarik dengan tema seperti itu. Diam-diam Paklik Sumantri sangat interest mengamati jejak-jejak konspirasi global. Bagi Paklik Sumantri, istilah konspirasi global bukan lelucon tapi memang ada. Dan koreografernya adalah zionits itu sendiri.

“Oh ya, betul itu. Coba bacakan ayatnya Ustadz”

Pakde Waringin membetulkan pendapat Paklik Sumantri. Sebab keterangan itu memang sudah ada dalam Al-Qur’an. Dan Ustadz Toha pun membacakan dan mengartikan ayat yang diminta Pakde Waringin itu. Yakni, suroh Al-isro’ ayat 4-6:

“wa qodloinaa ila banii isroila fi al-kitabi latufsidunna fi al-ardli marrotaini wa lata’lunna ‘uluwan kabiron. Faidza jaa a wa’du ulahuma ba’atsna ‘alaikum ‘ibadan lanaa uli ba’sin syadidin fajaasuu khilaala ad-diyari, wa kana wa’dan maf’ulan. Tsumma rodadna lakum al-karrota a’laihim wa amdadnakum biamwalin wa banina wa ja’alnakum aktsaro nafiro. Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". (5). Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (6). Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. [1]

“Yang dimaksud bani israel membikin kerusakan dua kali itu apa, Ustadz?”, tanya Mas O’o

“Menurut Al-Maroghi, yang pertama adalah menentang hukum Taurat, membunuh Nabi Syu'ya dan memenjarakan Armia. Dan yang kedua membunuh Nabi Zakaria dan bermaksud untuk membunuh Nabi Isa a.s. akibat dari perbuatan itu, Yerusalem dihancurkan”

Havana, ooh na-na (ay, ay) Half of my heart is in Havana, ooh-na-na (ay, ay) He took…

Dan Mas Kelik, tanpa disadari orang-orang sudah tertidur pulas di kursi warung itu bersama Havana. Ya, Havana. Sesuai liriknya yang berbunyi :

Half of my heart is in Havana. He took me back to East Atlanta. All of my heart is in Havana. There's somethin' bout his manners. Oh, Havana, 

Separuh hatiku telah menjadi milik Havana. Meski ia telah membawaku ke Atlanta Timur, namun hatiku tetap di Havana. Ada sesuatu dalam tindak-tanduknya, oh, Havana.

Oh, Trump. Dulu kau memang sempat menjadi separuh hatiku. Ketika itu aku masih polos. Ketika itu aku masih bergumul dengan bangku sekolah dan aku mengagumi karya-karya tulismu. Kini, hatiku lebih mencintai saudara-saudaraku seiman di Palestina yang dibantai oleh zionist dan kau anteknya.

[1] وَقَضَيْنَا اٍلَى بَنِى اٍسْرَاءِيلَ فِى الكِتَبِ لَتُفْسِدُنَّ فِى الأرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوّا كَبِيْرَا [] فاٍذا جاء وَعْدُ أولَهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادا لنَا أُولِى بَأسِ شَدِيد فَجَاسُوا خِلَلَ الدّيَارِ وَكَانَ وَعْدَا مَفْعُولا [] ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُم الكَرَّةَ عَلَيْهِم وَأمْدَدْنَكُم بِأَمْوَالِ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَكُمْ أكْثَرَ 
نَفِيرا []
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali[848] dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". (5). Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (6). Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar


(Ya Allah, jadikanlah hambamu termasuk dalam golongan sebaik-baiknya umat, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar)

Judul terkait:

# Donald Trump, # Jerusalem, # Yerusalem, # Havana, # Zionits, # Israel

Baca juga yang lain :





Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.