AUTENTISITAS AL-QUR’AN

By: Marzuki Ibn Tarmudzi
WACANAMARZUKI. Saya sebagai muslim sangat yakin bahwa Al-Qur’an yang sekarang ini adalah asli seperti yang diucapkan Nabi Muhammad Saw. Sebab beriman tentang kebenaran Al-Qur’an adalah bagian rukun iman. Karena Allah sendiri sudah berjanji menjaga Al-Qur’an itu.
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. QS. Al-Hijr [15]: 9
Allah Swt memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya. Sebagai muslim saya sangat yakin sekali, dan jika saya meragukan keotentikan Al-Qur’an otomatis saya meragukan firman Allah itu. Maka, sebagai muslim menjaga kualitas iman itu lebih penting dari apapun. Meskipun Montgomery Watt, seorang orientalis mengatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang pemeluknya mereduksir agama menjadi banyak khazanah ilmu. Misalnya, bagaimana upaya Khalifah Umar Ibn Khotob dalam membukukan Al-Qur’an. Sang Khalifah tidak menulisnya sebelum menemukan dua saksi meskipun beliau hafal. Maksudnya, metode yang digunakan tidak kalah dengan metode penelitian ilmuan modern. Dan, masih banyak lagi hal-hal lainnya.
Namun begitu, umat Islam tetap berhukum wajib ikut memelihara Al-Qur’an. Saya dan muslim lainnya tetap harus menjaga keotentikan Al-Qur’an meskipun Allah sendiri sudah berjanji menjaganya. Ini sebagai bentuk pengabdian seorang hamba terhadap Robb, dan peranan umat Islam ini sudah dinyatakan dalam sejarah. Bukan karena tidak percaya terhadap penjagaan Allah. Bukti penjagaan Allah terhadap Al-Qur’an, diantaranya adalah banyak sekali bermunculan orang-orang yang hafal Al-Qur’an. Ini semakin menyulitkan orang-orang yang berniat memalsukan Al-Qur’an.
Di setiap negeri muslim biasanya ada badan yang bertugas menjaga keotentikan Al-Qur’an. Di Indonesia ada Lajnah Pentashih Al-Qur’an, di bawah Departemen Agama.  Dengan hadirnya LPA tersebut tentu sangat membantu kaum muslim lebih tentram batinnya berhadapan dengan dengan kitab sucinya. Sehingga ketika membaca kalam Ilahi tersebut kaum muslim yakin penuh bahwa Al-Qur’an adalah otentik sebab begitu banyaknya penerbitan Al-Qur’an. Keyakinan kaum muslim itu tentu saja merupakan pengalaman keagamaan yang tinggi, sehingga membaca Al-Qur’an adalah salah bentuk dzikir, pendekatan diri kepada Allah. Dan rasa keagamaan ini akan semakin tinggi jika dibarengi dengan memahami makna-makna Al-Qur’an. Sebab muslim yang mau belajar mendalami Al-Qur’an ia akan banyak menemukan luasnya samudra keilmuan. Apalagi, zaman sekarang banyak ditemukan penelitian ilmiah bahwa ternyata Al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Kita semua sebagai umat Islam harus mempunyai peran dalam menjaga keotentikan Al-Qur’an karena kita harus sadar bahwa ada umat lain yang tidak senang dengan perkembangan Islam yang semakin pesat. Katanya, dulu Pemerintah Israel berusaha untuk menyebarkan Al-Qur’an yang sudah diubah, meskipun hanya beberapa kalimat, atau bahkan beberapa kata, seluruh dunia Islam tergoncang. Itu menjadi semacam mekanisme alamiah yang membuat Al-Qur’an itu di seluruh dunia praktis sama. Bahkan Al-Qur’annya orang Syiah pun, yang biasa dicurigai sebagai berbeda dengan Al-Qur’annya kaum Sunni, juga persis sama, tidak satu hurufpun berbeda dengan kita. Ini juga merupakan satu mukjizat. Karena hanya Al-Qur’an yang cetakannya terbesar di dunia yang diterbitkan dalam satu bahasa. Kalau dalam banyak bahasa tentu Injil lebih banyak. Namun Al-Qur’an adalah suatu buku yang cetakannya terbanyak di dunia dalam satu bahasa.
Lantas, Bagaimana dengan sistematika, urutan-urutan, bentuk fisik, dan aspek redaksionalnya, apakah juga sama sejak masa Nabi Saw hingga sekarang ini? Yang jelas ialah keseragaman yang begitu tinggi bahkan mutlaq dari Al-Qur’an, itu sangat mustahil kalau tidak dari Nabi sendiri. Dalam hal ini surat Al-Bayyinah ayat 2 dan 3 dijadikan rujukan. Di situ disebutkan,
×Aqßu z`ÏiB «!$# (#qè=÷Gtƒ $ZÿçtྠZot£gsÜB ÇËÈ   $pkŽÏù Ò=çGä. ×pyJÍhs% ÇÌÈ  
(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran), di dalamnya terdapat (isi) Kitab-Kitab yang lurus
Jadi Nabi Muhammad Saw membacakan Al-Qur’an  kepada para sahabat, yang tentu mereka dalam penjilidan sesuai dengan petunjuk Nabi. Sekali lagi, kalau tidak dari petunjuk Nabi mustahil keseragaman itu bisa terjadi. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit r.a., ia berkata:
كنا عند رسول الله نؤلف القران من الرقاع
“kami di sisi rasulullah Saw. Mengumpulkan Al-Qur’an dari kulit”
Dari perkataan Zaid bin Tsabit ini, juga dapat disimpulkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an sesuai dengan petunjuk Sang Nabi. Oleh sebab itu, para ulama sepakat bahwa pengumpulan Al-Qur’an adalah bersifat “taufiqi”. Yaitu bahwa urutannya sedemikian rupa seperti yang kita lihat saat ini, adalah berdasarkan perintah dari wahyu Allah Swt. (At-Tibyan fi ulumi Al-Qur’ani)
Pembukuaan Al-Qur’an itu baru dilakukan pada zaman khalifah Abu Bakar. Sedangkan pada zaman Nabi masih berupa tulisan di pelepah kurma, kulit, pohon, daun dan lain-lain, yang kemudian dilakukan penjilidan atas usulan dari Umar bin Khatab. Di mana Umar melihat 70 hufadz ternama gugur pada perang Yamamah. Lantas, apakah Al-Qur’an yang sekarang sama dengan zaman itu? Sama. Sebab romsul utsmani itu hanya memperbanyak dari mushhaf masa Abu Bakar. Di mana Khalifah Utsman meminjam dari Khafsoh, karena sepeninggal khalifah Umar bin Khotob mushaf itu diserahkan kepada Hafshoh. Konon,  Hafshoh adalah perempuan terpelajar, oleh karenanya patut sekali kalau dia memelihara semacam warisan intelektualnya Islam, yaitu mushhaf.
Pada mulanya Abu Bakar tidak menyetujui usulan Umar untuk membukukan Al-Qur’an itu. Sebab hal itu tidak pernah dilakukan di masa Rosulullah Saw. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit r.a., dia berkata: ”Abu Bakar r.a. mengutus kepada saya di tempat perang ahli Yamamah (setelah gugur 70 huffadz pada perang Yamamah), ketika itu Umar telah duduk di sisinyya. Maka Abu Bakar Berkata, ‘Umar datang kepadaku dan berkata,”Sesungguhnya peperangan di Yamamah itu amat mengerikan dahsyat akibatnya meninggalnya para huffadz, dan aku khawatir kalau-kalau kematian para huffadz itu berlanjut pada kampung masing-masing, sehingga banyak ayat Al-Qur’an yang hilang. Menurut pendapatku supaya engkau mengumpulkan Al-Qur’an”. `Maka kujawab: “Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rosulullah Saw?”. `Umar berkata: “Demi Allah, itu lebih baik”. Kemudian tidak henti-hentinya dia datang kepadaku saat itu, sampai Allah ‘Azza wa Jalla melapangkan dadaku untuk sesuatu yang telah dilapangkan-Nya dada Umar dan aku melihat pada perkara itu sebagaimana yang telah dia lihat. `Zaid berkata, Kemudian Abu Bakar berkata: ”Sesungguhnya engkau adalah pemuda yang berakal. Aku tidak bersangka buruk kepadamu. Sungguh kamu telah menuliskan wahyu untuk Rosulullah Saw., maka telitilah Al-Qur’an dan kumpulkan”. `Zaid berkata: “Demi Allah kalau aku diperintah untuk memindahkan gunung diantara gunung-gunung, maka tidak seberat apa yang beliau perintahkan kepadaku”. `Lantas aku berkata: “Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah?” Abu Bakar menjawab: “Demi Allah, itu lebih baik”. Kemudian tidak henti-hentinya beliau datang kepadaku sampai Allah Swt, melapangkan dadaku untuk sesuatu yang telah dilapangkan-Nya dada Abu Bakar dan Umar. Kemudian Al-Qur’an aku teliti dan aku kumpulkan dari pohon dan pelepah kurma serta dari dada para sahabat ternama hingga aku temukan akhir dari surat At-Taubah dari Khuzaimah Al-Anshori, yang tidak aku dapatkan dari seorangpun selainnya, yaitu;
ôs)s9 öNà2uä!%y` Ñ^qßu ô`ÏiB öNà6Å¡àÿRr& îƒÍtã Ïmøn=tã $tB óOšGÏYtã ëȃ̍ym Nà6øn=tæ šúüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ Ô$râäu ÒOŠÏm§ ÇÊËÑÈ   bÎ*sù (#öq©9uqs? ö@à)sù š_É<ó¡ym ª!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( Ïmøn=tã àMù=ž2uqs? ( uqèdur >u ĸöyèø9$# ÉOŠÏàyèø9$# ÇÊËÒÈ  
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung".
Kemudian Shuhuf itu ada pada Abu Bakar sampai beliau meninggal, lalu di tempat Umar sampai beliau meninggal, dan akhirnya ditempat Hafsoh binti Umar. (At-Tibyan fi Ulumi Al-Qur’ani)
Tidak ada alasan seseorang meragukan keotentikan Al-Qur’an. Sebab pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan zaman Abu Bakar sangat hati-hati dan teliti. Jangan dipikir hanya LIPI yang  mempunyai metode penelitian.  Renungkan saja kutipan saya di atas, bagaimana Zaid bin Tsabit, tidak menuliskan pada mushaf hasil kumpulannya sebelum menemukan tulisan dari sahabat meskipun belian sendiri hafal. Umar bin Al-Khotob baru menerima jika ada 2 saksi sahabat yang menulisnya. Sekali lagi, 2 ayat terakhit Suroh At-Taubah itu memang ada dalam Al-Qur’an namun memang peraturan dari Umar yang tidak memasukkan sesuatu ayat kecuali ada 2 saksi yang menyimpannya secara tertulis. Jadi, pengumpulan Al-Qur’an itu benar-benar ilmiah!
KEBIJAKAN USMAN MEMBUAT MUSHAF INDUK
Lantas, bagaimanakah kondisi mushhaf zaman Abu Bakar itu pada zaman kekhalifahan Utsman bin ‘Affan?
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Anas binMalik r.a., dia berkata: “Sesungguhnya khudzifah bin Yaman datang kepada utsman. Ketika itu beliau sedang mempersiapkan penduduk syam dan Irak berperang menggempur Armenia dan Azerbijan. Khudzaifah tercengang melihat pertengkaran mereka soal qira’ah. Dia berkata kepada utsman, ‘Wahai Amirul Mukminin, tolonglah umat ini sebelum erka bertengkar soal kitab sebagaimana pertengkaran orang Yahudi dan Nasrani.’ Kemudian Utsman berkirim surat kepada Hafshah, ‘hendaklah kamu serahkan mushaf kepadaku untuk aku salin menjadi beberapa mushaf dan akan aku kembalikan lagi kepadamu.’ Maka Hafshah segera mengirimkan mushhaf kepada Utsman. Lalu beliau memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit, Abdurrahman bin Zubair, Sa’id bin ‘ash dan Abdurrahman bin Harits Ibnu Hisyam, kemudian mereka menyalinnya menjadi beberapa mushhaf. Utsman berpesan kepada tiga kelompok suku Quraisy itu, ‘Jika kamu berbeda pendapat dengan Zaid bin Tsabit dalam hal Al-Qur’an, hendaklah kamu menuliskannya dengan lisan Quraisy. Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka.’ Mereka mel;akukan, dan setelah menyalin mushhaf itu menjadi beberapa salinan, Utsman segera mengembalikan mushhaf itu kepada Hafshah dan sekaligus mengirimkan salinan mushhaf ke seluruh penjuru di samping memerintahkan agar selain mushhaf itu baik berupa lampiran atau mushhaf dibakar saja.’ “ (HR. Bukhari) (Lihat Shahih Al-Bukhari, bab “Pengumpulan Al-Qur’an”).
Jadi setelah menerima laporan dari Hudzaifah tadi, Utsman memerintahkan untuk membuat mushhaf induk, mushhaff al-imam yang dipinjam dari Hafshah, peninggalan Abu Bakar dan Umar. Kemudian Zaid lagi lagi yang ditugasi mengepalai sebuah team untuk pengecekan kembali; ditaction, masalah penulisan, pengejaan dan sebagainya. Yang kemudian beberapa copy-nya dikirimkan ke Irak, Syiria, Mesir dan sebagainya. Juga diperintahkan untuk membakar versi-versi.
Keputusan Utsman itu adalah demi mengambil kebijaksanaan keseragaman. Maka dalam Islam tidak ada versi Kitab Suci yang sah dan tidak sah. Memang ada versi Ibn Mas’ud, versi ini, versi itu, dan macam-macam lagi, tetapi sebetulnya tidak sampai pada tingkat yang harus disebutkan tidak sah, karena meskipun disebut versi namun sebetulnya hanya beda dalam susunan surat saja. Dan isinya persis sama. Pernahkah mendengar tawqifi dan ijtihadi? Jika tawqifi pasti sama semuanya. Sedangkan ijtihadi bisa beda namun tidak prinsipil. Ada orang yang khawatir sekali karena menjumpai Al-Qur’an yang beda nomor ayatnya, ada juga Al-Qur’an yang memasukkan bismillah  sebagai ayat, ada yang tidak. Itu saja sudah membuat satu nomor berbeda, misalnya. Itu namanya, saya kira, ijtihadi.
Rasm-u ‘l-Utsmani, begitulah biasanya sebutan mushhaff Al-Qur’an dari hasil kebijaksanaan yang diambil Khalifah Utsman untuk membuat mushhaf induk itu. Fungsinya, umat Islam harus berpatokan dengan mushhaf tersebut. Orang syiah sendiripun juga mengakui adanya Rasm-u ‘l-Utsmani ini. Syiah Ja’fariyah dan Syiah itsna asyariyah yang sekarang berkuasa di Iran itu, Al-Qur’annya juga sama dengan kita. Ini menarik karena orang syiah sangat tidak suka dengan kepada Utsman. Tetapi mereka mengakui ada suatu cara penulisan Al-Qur’an yang paling otentik, yaitu disebut dengan Rasm-u ‘l-Utsmani. Al-hasil, Rasm-u ‘l-Utsmani hanyalah istilah dan tampaknya diambil seperti itu karena keputusan itu diambil oleh Utsman. Rasm-u ‘l-Utsmani ini sekarang adalah yang diterima secara universal. Malahan, cara qira’at pun dalam Al-Qur’annya orang Syiah juga qiraat yang sama persis dengan orang Sunni.
PEMAHAMAN UMAT ISLAM INDONESIA TERHADAP AL-QUR’AN
Saya sendiri sebagai bangsa Indonesia sangat antusias dalam mempelajari Al-Qur’an. Al-hamdulillah, sejak Sekolah Dasar saya diberi kemudahan Allah untuk belajar buku Iqro, yakni sebuah buku yang memuat panduan membaca Al-Qur’an bagi pemula. Selesai SD saya nyantri di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang. Dan meskipun saya ndableg, dulu saya dengan pertolongan Allah dapat menikmati hingga kelas 3 di Madrasah Muallimin. Sekali lagi, Alhamdulillah sebab di luar sana ternyata banyak orang yang ingin menikmati pendidikan di MM itu tapi belum ada pertolongan Allah. Jadi, di Pesantren itulah saya mengenal bahwa belajar Al-Qur’an itu penting dan perlu banyak perangkat. Maksudnya, orang tidak bisa sembarangan menafsirkan Al-Qur’an kemudian memutuskan hukum. Sebab Al-Qur’an itu berbahasa arab dan perlu memahami bahasa arab. Maka, orang yang ingin memahami Al-Qur’an harus belajar bahasa arab. Dan, satu hal yang harus dicatat! Bahwa Allah memudahkan orang yang mau Al-Qur’an,
ôs)s9ur $tR÷Žœ£o tb#uäöà)ø9$# ̍ø.Ïe%#Ï9 ö@ygsù `ÏB 9Ï.£B ÇÊÐÈ  
Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? QS. 54:174
Lantas, apakah orang yang memahami bahasa arab dan perangkatnya, misalnya ia sudah menginjak usia tua yang tidak mungkin untuk belajar, ia tidak boleh memahami Al-Qur’an? Oh ya, tadabbur itu diperintahkan oleh Allah.
Ÿxsùr& tbr㍭/ytFtƒ tb#uäöà)ø9$# 4 öqs9ur tb%x. ô`ÏB ÏZÏã ÎŽöxî «!$# (#rßy`uqs9 ÏmŠÏù $Zÿ»n=ÏF÷z$# #ZŽÏWŸ2 ÇÑËÈ  
Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
Untuk tadabbur kita tidak mesti harus menguasai bahasa Arab dan perangkatnya. Menurut saya, tadabbur adalah mengambil pelajaran dari Al-Qur’an supaya hidup kita menjadi lebih baik. Tadabbur bisa kita lakukan dengan menggunakan terjemah. Tadabbur bisa kita merenungkan bagaimana kisah Nabi Musa As., yang karena taatnya kepada Allah Swt, akhirnya Nabi Musa Alaihi Salam selamat dari kejaran Fir’aun. Bayangkan jika Nabi Musa Alaihi Salam tidak mau mengayunkan tongkatnya ketika Allah menyuruh. Namun karena Nabi Musa Alaihi Salam taat, akhirnya Nabi selamat.
Namun bagi yang masih punya kesempatan belajar, hendaknya harus belajar. Nabi Muhammad Saw, mewajibkan muslim untuk mencari ilmu,”tolabu al-ilmi faridlotun ‘ala kulli muslimin”.”Mencari ilmu itu fardlu bagi setiap muslim”. Menurut keterangan guru saya dulu, Ustadz Bambang ketika saya belajar di Mu’allimin, bahwasannya hukum fardlu itu berlaku untuk hal-hal yang bersangkutan dengan ibadah mahdloh dalam Islam. Menurut saya, belajar memahami Al-Qur’an juga sangat sekali penting. Sebab seorang muslim yang memahami Al-Qur’an tentu ia tidak akan mudah terombang-ambing dengan aliran-aliran pemikiran yang melenceng dari Al-Qur’an. Alangkah indahnya beragama Islam, yang apapun profesinya tapi memahami Al-Qur’an.
Suatu negeri yang kaum muslimnya malas belajar Al-Qur’an, yang terjadi adalah antusias pengamalan agamanya lemah. Sebab kurangnya pemahaman pentingnya beramal agama. Dan saya melihat, masyarakat Indonesia kurang antusias dalam belajar Al-Qur’an. Memang banyak pelajar-pelajar yang yang belajar Al-Qur’an. Itu bisa saya lihat di Pondok-Pondok Pesantren atau Islamic Center lainnya, namun jika dibandingkan dengan besarnya penduduk Indonesia, yang antusias belajar itu sangat kecil. Apalagi Indonesia adalah negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Ada pemahaman di sebagian muslim bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki akses terhadap Al-Qur’an, yakni hanya mereka yang mampu memahami bahasa Arab dan perangkatnya. Padahal,  Al-Qur’an itu berbicara kepada semua level manusia; umum dan khusus. Bahkan juga dengan khowasil khowas, Al-Qur’an juga bisa berbicara. Misalnya dengan orang awam, Al-Qur’an menerangkan surga dengan sungai-sungai yang mengalir, rumah megah. Nah, itu bahasa yang mudah difahami. Namun ada juga Al-Qur’an yang memberikan ilustrasi mengenai surga kepada orang yang khowas,”Tidak seorangpun mengetahui sesuatu yang dirahasiakan untuk mereka yang terdiri dari hal-hal yang menyenangkan, yang membahagiakan sebagai balasan atas semua amal yang telah mereka lakukan.” Jadi, tidak ada gambaran sungai, rumah megah dan tidak dalam gambaran apa saja. Berarti surga isinya hanya Allah yang tahu.
Saya rasa ada yang bertanya, lantas mengapa Al-Qur’an menyebutkan kalau di surga ada sungai-sungai yang mengalir, rumah megah namun di ayat lain diterangkan jika surga itu suatu rahasia Ilahi? Karena surga itu sendiri sebenarnya adalah suatu hakikat yang tidak bisa diterangkan. Karena itu caranya menerangkan adalah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan atau perlambang. Yang itu kemudian ditangkap oleh manusia sesuai dengan level keilmuannya. Nabi sendiri pernah ditanya oleh seorang wanita,dimana tuhan itu? Wanita itu menunjuk ke langit. Dan Nabi membenarkan. Ada sahabat yang bingung, lho katanya Tuhan itu ada di mana-mana, sekarang kok di langit. Kata Nabi, ya itulah yang dipahami wanita itu. Maka, kita harus ingat bahwa Nabi pernah berpesan, berbicaralah kepada suatu kaum sesuai dengan tingkat akal atau pemikirannya. Sehingga jika Al-Qur’an itu adalah petunjuk bagi orang yang bertaqwa, sebab taqwa itu adalah kualitas hati, bukan fisik.
Lantas, apakah Al-Qur’an hanyalah diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa saja? Jawabannya, tidak. Al-Qur’an menyebutkan di suroh Ali Imron ayat 138;
#x»yd ×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur šúüÉ)­GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ  
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Jadi, Al-Qur’an bisa menjadi pelajaran bagi semua manusia. Pelajaran apa ya? Banyak. Sebab Al-Qur’an banyak berbicara banyak hal; prinsip-prinsip kenegaraan, membangun struktur masyarakat, ekonomi, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Dan di zaman modern ini, banyak ditemukan fakta ilmiah yang sebenarnya Al-Qur’an sudah berbicara. Diantaranya, ketika ilmu pengetahuan modern berbicara tentang proses kejadian manusia ternyata Al-Qur’an sudah terlebih dulu menyebutkan di suroh ke 23 ayat 12-14.
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ   §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ   ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ  
Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Ketika ilmu pengetahuan modern berbicara tentang big bang, ternyata Al-Qur’an sudah terlebih dulu menyebutkan di suroh ke 21 ayat 30.
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ  
Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
Ketika ilmu pengetahuan modern berbicara tentang teori atom, ternyata Al-Qur’an sudah terlebih dulu menyebutkan di suroh ke 10 ayat ke 61;
$tBur ãbqä3s? Îû 5bù'x© $tBur (#qè=÷Gs? çm÷ZÏB `ÏB 5b#uäöè% Ÿwur tbqè=yJ÷ès? ô`ÏB @@yJtã žwÎ) $¨Zà2 ö/ä3øn=tæ #·Šqåkà­ øŒÎ) tbqàÒÏÿè? ÏmÏù 4 $tBur Ü>â÷ètƒ `tã y7Îi/¢ `ÏB ÉA$s)÷WÏiB ;o§sŒ Îû ÇÚöF{$# Ÿwur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# Iwur ttóô¹r& `ÏB y7Ï9ºsŒ Iwur uŽy9ø.r& žwÎ) Îû 5=»tGÏ. AûüÎ7B ÇÏÊÈ  
Kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Lantas, bagaimana jika manusia tidak mau mengamalkan Al-Qur’an?
Orang-orang yang tidak mau mengamalkan Al-Qur’an penyebanya bisa karena ia pemalas, gengsi, dengki, yang jelas ada penyakit dihatinya. Kalo pembaca ada yang tidak percaya bahwa Al-Qur’an itu dari Allah, Robb semesta alam, coba bagaimana komentarnya tentang fakta-fakta ilmiah itu tadi? Bisalah ayo diskusi dengan saya. Kirimkan komentarmu ke Whatshap saya 081231777277, biar kita bisa langsung interaksi.
Nah, akibat bagi mereka yang apatis dengan Al-Qur’an dijelaskan dalam Al-Qur’an mendapatkan; Pertama, di temani syetan (ketika hidup) menjadi lengah QS. 43/36-39. Dua, terperosok jadi tentara yahudi  QS. 47/24-30. Ketiga, dibangkitkan dalam keadaan buta QS. 20/124-127. Empat, memikul dosa yang besar QS. 20/100-101. Lima, dihapus amalannya QS. 18/99-105. Enam,  Mendapat azab yang besar di akhirat QS. 45/11,46
Saya pribadi, sebagai muslim mengajak kepada saya dan semua manusia dan jin-jin yang membaca tulisan ini, ayo kita amalkan Al-Qur’an dari Allah Swt, Sang Pencipta alam yang besar ini. (Selesai ditulis jam 09:00/15/09/2017)
Ya Allah, tulisan ini adalah persembahanku untuk umat karena Engkau, Robb.

Judul terkait; Keaslian Al-Qur’an, Islam Agama Samawi, Bukti-Bukti Al-Qur’an Kitab Dari Allah, Mengenal Al-Qur’an, Sejarah Pembukuan Al-Qur’an, Keaslian Al-Qur’an, Islam Agama Samawi, Bukti-Bukti Al-Qur’an Kitab Dari Allah, Mengenal Al-Qur’an, Sejarah Pembukuan Al-Qur’an, Keaslian Al-Qur’an, Islam Agama Samawi, Bukti-Bukti Al-Qur’an Kitab Dari Allah, Mengenal Al-Qur’an, Sejarah Pembukuan Al-Qur’an.

Tentang penulis :

Marzuki Ibn Tarmudzi, pernah mencicipi sedikit segarnya lautan ilmu di Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. Hobinya yang suka nyorat-nyoret kertas ini dimulai semenjak nyantri. Kini, hobinya itu dituangkan di berbagai media online, itung-itung sebagai aksi dari ; “بلغوا عني ولو أية “,” sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ”.